Kamis, 21 April 2011

SENI JARAN BODAG

SENI JARAN BODAG
SUMBERTAMAN KOTA PROBOLINGGO


 


Jaran bodag  yang ada di kelurahan sumber taman ini adalah salah salah satu kesenian khas probolinggo. Jaran bodag ini bernama "bela bangsa group" yang dipimpin oleh Bpak Slamet .
Kesenian jaran bodag bela bangsa group ini terletak di kelurahan sumbertaman kota probolinggo blog mantong Rt 01/ Rw 06 .
Bapak Newi adalah salah satu seniman jaran bodag  Dan sebgai pemeran utama.
Jika bapak newi  tidak ikut dalam seni jaran bodag tersebut , maka bela bangsa group tidak akan berjalan dengan lancar, karena pemeran utama dalam jaran bodagialah bapak newi.
            Kesenian jaran bodag bela bangsa group ini beranggotakan sebanyak 14 hingga 15 orang. 2 orang sebagai jaran bodag, 2 orang sebagai janis (ngidung), 3 orang menjadi pemain musik , 2 orang menjadi  pendamping jaran bodag, dan sisanya sebagai pelawak atau con-lucon.
Jaran bodag bela bangsa ini pernah menjuarai  tingkat provinsi , tingkat kota, dan tingkat jawa timur.
Dan selalu mendapat juara 1 .
 Meskipun kesenian jaran bodag bela bangsa ini cukup terkenal,mereka hanya memasang tarif  Rp.1.000.000,- jika jarak tempuhnya dekat dan memasang tarif Rp.1.500.000,- jika jarak tempuhnya jauh.
Jaran bodag ini dapat menghibur semua orang dan lebih di minati dari pada kesenian jaran kencak. Pada saat ada orang yang mengundangnya mereka harus diwajibkan untuk memberikan slametan (sandingan)seperti buah kelapa, pisang, kemenyan,buah jambe,daun sirih, dan lain sebagainya.
keterlibatan pak newi menjadi seniman jaran bodag ini memang disengaja, karna terdesaknya oleh kebutuhan hidup sehari-hari, maka mereka berani mengambil keputusan untuk menjadi seniman jaran bodag.
Karena menurut masyarakat setempat penampilan mereka di seni jaran bodag ini bagus,jadi masyarakat memilih bela bangsa group dari pada group yang lainnya.
Pengertian seni jaran bodag
Jaran bodag merupakan satu dari sekian banyak kesenian tradisional yang ada di kota mangga ini. Peran seniman jaran bodag dalam pertunjukan selalu menggambarkan pasangan pengantin. Dandanannya menor dan lembeng (bergaya perempuan). Uniknya, pemeran jaran bodag itu selalu didominasi oleh kaum adam yang tak segan memakai bulu mata palsu.
Properti jaran bodag terbilang sangat tradisional. Tubuh kuda dibentuk menggunakan bambu, kepalanya diberi per agar bisa mengangguk-angguk.
Bentuk penyajian kesenian ini adalah arak –arakan di jalan maupun di halaman.
Penyajian kesenian ini diiringi musik kenong telo’yang dibawakan oleh empat orang, yang terdiri dari kenong, gong, kendang, dan sronen. Pembawan Jaran Bodag oleh dua orang yang disebut janis dan penunggang jaran. Dalam penyajian juga ditampilkan tembang – tembang tradisi khas jaran bodag.
Pakaian jaran bodag sangat gemerlapan, menarik, unik, yang didesain sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan estetiknya.
Pada zaman Pemerintahan Prabu Sri Nata Hayam Wuruk raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama “ Banger “, nama sungai yang mengalir ditengah daerah Banger ini.
Sejala
n dengan perkembangan Politik kenegaraan/kekuasaan di Zaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger Juga mengalami perubahan-perubahan/perkembangan seirama dengan perkembangan Zaman. Pada saat Minakjinggo, Raja Blambangan berkuasa, banger yang merupakan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan dikuasai pula oleh Minakjinggo.

Bahkan Banger menjadi kancah perang saudara antara Blambangan dan Majapahit yang dikenal dengan “ Perang Paregreg “.Adapun Nama Banger ini diberikan karena airnya berbau amis/Banger karena darah Menak Jinggo yang dipenggal kepalanya oleh Raden Damarwulan.
Banger, pada masa Pemerintah VOC tahun 1746 mengangkat Kyai Djoyolelono sebagai Bupati Pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung.
Karena Politik adu domba maka pada tahun 1768 Bupati Banger meninggalkan jabatannya dan mengembara /lelono dan sebagai penggantinya adalah Kyai Djoyolelono menurut cerita Kabupatennya di Benteng Lama. Masa Pemerintahan Tumenggung Joyonegoro Daerah Banger amat makmur penduduknya tambah banyak, yang kemudian Beliau mendirikan Masjid Jami’ lebh kurang tahun 1770 kemudian nama Banger oleh Tumenggung Joyonegoro diganti menjadi PROBOLINGGO yang artinya : Probo = Sinar, Linggo=Tugu, badan, tanda, peringatan, tongkat.
Jadi Probolinggo adalah Sinar yang berbentuk tugu, gada, tongkat (mungkin yang dimaksud adalah meteor/bintang jatuh), Setelah wafat Kanjeng Jimat dimakamkan di Pesarean belakang Masjid Jami’ dan karena disenangi masyarakat beliau mendapat sebutan “ Kanjeng djimat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar